-->

Peringatan Untuk Aku ( Ibu Maafkanlah Aku ) | Cerpen #1

   Gunung yang menjulang tinggi menggapai sang awan, tiada terkira seperti apa ketika mendakinya.  Tepat diatas puncak aku melihat surga, surga dunia yang telah disediakan untuk kita. Walau terkadang kelabu tapi masih ada  secercah cahaya yang menghapus semua. Awan gelap yang terkadang menyelimuti tapi masih ada sang matahari yang senantiasa menunggu dan menerangi. Peringatan bagi ku dan kita semua untuk tetap bersyukur, bersabar dan tetap berusaha menjadi yang terbaik hingga menuju puncak seperti yang kita inginkan.


***
Tak terasa aku sudah setahun menjadi mahasiswa, walau tetap tak ada perubahan saat ku masih sekolah hingga saat ini.

Tepat hari ini ada Ujian Semester. Aku yang selalu hidup bersenang senang dan mulai jarang pulang rumah. Dengan alasan ada tugas kuliah, sebenarnya ku hanya bermain dengan teman sampai tak kenal waktu, sehingga membuat ibu selalu cemas dan khawatir. Hidupku saat ini sungguh seperti anak muda jaman sekarang. Ibu hanya dianggap sepele seperti pembantu saja. Berangkat kuliah pulang malem, hari libur tidak ada dirumah kelayapan kesana kemari tanpa tujuan yang jelas. Yah begitulah.

***
Kemuadian, disiang yang cerah ketika di ruang kampus. Aku duduk termenung sendiri menunggu ujian matkul berikutnya. Tiba – tiba datang seseorang mengagetkan aku dengan membawa kabar duka, yaitu Dewi. Teman sekelas ku sekaligus tetangga ku juga. 
“Rama.. Rama.. Ibumu.. Ibumu..” Berbicara dengan nafas yang tersenggal- senggal karena ia berlari ingin segera menghapiriku.  “ Iya.. iya.. ada apa dengan ibu ku??” Tanyaku bingun. “ Itu.. Ibumu… Ibumu kecelakaan..” “Apa…?? yang benar kamu Wi???” Tanyaku terkejut. “Iya beneran, Barusan aku di telpon Ibuku dirumah suruh ngasih kabar ke kamu!!!” “Apa..?” Mataku terbelalak mendengar itu serta badan ini terasa berat untuk di gerakkan. 

Bagai petir yang menyambar pohon yang rapuh, dah pohon itu pun tumbang. Seperti itulah perasaanan ku saat itu, tak karuan bingung harus melakukan apa. Tanpa pikir panjang lagi ku dengan secepat kilat pulang menuju rumah tak peduli walau itu masih ada ujian yang harus aku ikuti.

   Setelah ku berlari dari kampus yang tak jauh dari rumah, kulihat banyak orang berkumpul sehingga membuat ku semakin khawatir dan menjadi tak tenang. Ku berhenti sejenak, mulai berpikir negative akan apa yang terjadi pada ibu ku, seakan ku kehilangan sesuatu yang berharga di dunia ini, dan mulai ku melangkah perlahan lahan untuk memastikan bahwa itu tidak benar, tapi sebelum sampai masuk rumah dan mengetahui apa yang terjadi sebenarnya, tubuh ini serasa ringan tapi begitu berat untuk ku terus melangkah. Mendengar suara samar - samar orang yang lagi berbicara tapi setelah itu sudah tak terdengar lagi seakan ku mulai terputus dengan dunia ini. Segera setelah aku pingsan orang – orang menghampiriku dan membawa aku masuk ke dalam rumah.

***
  Setelah beberapa menit aku pingsan tepat di depan rumah, aku mulai sadarkan diri. Ku lihat Dewi disamping ku menemaniku. “Aku dimana ini???” Tanya ku pada Dewi. “Di rumah mu Rama, di kamarmu ini..” jawab Dewi lirih. “Oh iya, dimana ibuku?? Gimana kadaan Ibuku?? Aku harus menemuinya!!!” sambil berdiri dan menuju pintu, tapi secepat aku berdiri secepat pula Dewi meraih tangan ku, menarikku untuk duduk dan menenangkan diri dulu. Tapi karena aku sudah sangat khawatir akan keadaan Ibu akau tetap memaksa untuk keluar kamar dan segera melihat keadaannya. 

   Saat ku membuka pintu, kulihat sesosok tubuh yang di balut oleh kafan putih dan tertutupi oleh selendang batik, sontak aku langsung membuka penutup itu dan… Aku pun tak sadarkan diri lagi setelah melihat wajah Ibuku yang sudah tak bernyawa. Diwaktu yang sama Ayah baru sampai rumah yang juga tergesa - gesa pulang mendengar kabar duka tersebut. Karena tempat kerja Ayah jauh, jadi agak lama untuk menuju kerumah. Sedangkan aku dibawah masuk lagi kekamar karena pingsan untuk kedua kalinya.

   Di saat aku pingsan pemakamanpun mulai dilanjutkan lagi, karena Ayah sudah datang beserta sanak keluarga yang sudah menunggu dari tadi. Karena sudah di mandikan sebelumnya jadi tinggal untuk di sholatkan dan segera untuk di makamkan.

***
   Kali ini pingsan ku lebih lama dibandingkan yang pertama tadi, ku baru sadar kembali setelah beberapa jam setelah kejadian itu. Saat itu pemakaman sudah kelar semua dan warga sekitar beserta saudara sedang mengadakan tahlilan untuk Ibuku, karena sudah tradisi di desa ini, apabila ada orang yang meninggal akan diadakan tahlilan atau selamatan bagi si almarhumah.

   Setelah ku tersadar, ku coba untuk duduk dan merenungkan apa yang sudah menimpa ku hari ini. Aku benar benar kehilangan seseorang yang paling berharga di dunia ini, seseorang yang selalu ada di setiap jalan hidup ku sampai saat ini, yang selalu sabar dengan semua tingkah lakuku yang sering menyusahkannya dan sekarang sudah tiada.

   Ku sedih dan meneteskan air mata yang sebelumnya tak pernah ku lakukan selama ini, tapi ini benar – benar meremukkan hati dan jiwa raga ini. Tiba – tiba ku mendengar suara lirih untuk menguatkan aku. “ Rama.. kamu yang sabar yah, semua ini pasti ada hikmahnya.. jadi janganlah kamu menyesali semua ini, semua yang hidup pasti akan mati dan kembali ke sang pencipta..” bujuk Dewi agar ku sedikit tenang, tapi ku masih termenung dan terdiam menyesali semua ini. 

“Dewi apakah ini hukuman bagiku karena telah menyusahkan dan mengecewakan Ibuku??” Tanya ku sambil menahan air mata yang tak kunjung berhenti ini. “Hm.. Jangan berpikiran beitu Rama, mungkin ini sudah takdir Ibumu dan cobaan bagimu Rama.. jadi tetep bersabarlah..”. “Tapi mengapa harus Ibuku..???” Dengan ekspresi tidak terima dengan semua ini. “Tenaglah Rama.. Sabar..” Dewi mencoba menenankan ku. “Sabar bagaimana.. Melihat Ibuku yang tidak salah apa – apa harus mengalami kejadiaan ini.. Mengapa Dew.. Mengapa??? Kenapa bukan aku saja??!!!.” Meratapi semua ini.

“Tolong Dew, Citakan pada ku kejadiannya, ku ingin tahu..” pintaku ke Dewi untuk mengetahui kenapa sampai ini terjadi.

Dan akhirnya Dewi pun menceritakannya,  “ Begini Rama.. kau tahu hari ini hari apa??.. ini adalah hari Ulang tahunmukan.. Mungkin tidak begitu banyak orang yang mengetahuinya, tapi Ibumu selalu mengingatnya Rama..”. 

“Trus apa hubungannya dengan kejadian ini???” tanyaku penasaran dan sedikit kecewa. “Tadi ku sempat dengar cerita dari ibuku.. Ibumu tadi pagi begitu semangat untuk merayakan Ultahmu, Ibumu keluar rumah untuk kepasar membeli bahan – bahan buat nasi kuning kesukaanmu, pas di jalan ibuku bertemu dengan Ibumu dan meyapanya tapi saking senang dan semangtnya sampai sampai tak mendengar sapaan ibuku pagi tadi, padahal biasanya Ibumu selalu menyahutnya apabila ada yang menyapanya tapi kali ini memang sungguh aneh.. tapi pada akhirnya Ibumu dan Ibuku jalan bersama untuk kepasar dan mengobrol. Dan Ibuku sempat bertanya pada Ibumu “ Bu.. tumben nih hari beda dari biasanya..lebih bagaimana gitu???” Tanya Ibu Dewi. “ Beda gimana Ibu?? Biasa saja ini.. Cuman saya lagi senang saja karena ini hari Ultah anakku, tadi pagi sebelum berangkat kuliah dia ingin minta di bikinin Nasi Kuning kesukaanya Bu..” jawab Ibuku. “Oh bgtu ya Bu.. Ada – ada saja Rama itu.. (Sambil tersenyum) .. Ada yang bisa saya bantu Bu??” “Oh trima kasih Bu… tapi saya bisa tangani sendiri kok Bu..”. “Oh bgtu ya Bu..”. Kemudian mereka pun pulang bersama karena bahan yang di beli serasa sudah cukup.”

   “Sesampainya dirumah Ibumu langsung masuk rumah dan mulai memasak, tapi tak tahu kenapa Ibumu keluar lagi dengan tergesa-gesa. “Lho Bu mau kemana lagi..??” Tanya Ibu Dewi yaag baru mau masuk rumah. “Itu ada yang kurang Bu, ini mau balik lagi ke pasar beli bahan yang kuran itu..” jawab Ibuku sambil tersenyum. Dan tiba – tiba terjadilah tragedi itu. “CIIITTTTT…. BRUUAAKKKK…” Suara mobil yang oleng, da pada saat itu Ibu mu yang baru saja keluar rumah lalu mulai berjalan di tabrak oleh mobil yang oleng tadi, penyebabnya karena mobil itu bannya pecah.. kejadiaanya sangat cepat jadi Ibuku tak sempat memperhatikan itu.. dan yang sangat disesalkan Ibuku saat itu adalah Ibumu tak sempat di selamatkan karena pendarahan yang cukup parah di  kepala sehingga meninggal di tempat..”.

   Setelah mendengar kejadian itu ku mulai menangis lagi dan lebih parah sebelumnya, tangisan ini lebih berat dan menyakitkan hati sampai air mata ini tak dapat lagi di keluarkan.Dan saat itu pulalah ku berdoa dan meminta serta berjanji pada Allah dalam hati.. "Ya Allah.. maafkan lah hambamu ini, ampunilah dosa hambamu ini yang selalu mengecawakan dan menyusahkan Ibu hambamu ini.. Aku berjanji akan menjadi anak yang lebih baik lagi, lebih berbakti lagi kepada Ibu Ya Allah, Hambamu mohon janganlah Engkau ambil Ibu, kembalikan Ibu Ya Allah.."

***
 Tiba – tiba ku mendengar suara yang cukup keras tepat di telingaku,sehingga membuatku terkejut kaget mendengarnya. Akhirnya aku terbangun dan tersadar bahwa aku sedang di bangunkan oleh Dosen yang galak, karena aku tertidur dan tak bangun di atas bangku. Sontak ku bangun karna terkejut kemudian terdiam seribu kata, karena tanpa persiapan fisik dan mental serta mimpi yang seperti kenyataan itu. Setelah itu Ujian Semester di lanjutkan lagi. Tapi ada perasaanku yang masih mengganjal di pikiranku, tapi masih begitu samar – samar.

   Akhirnya Ujian ku selesai, ku ketemu dewi saat keluar kelas. Saat itulah tiba – tiba saja air mata ku menetes entah kenapa dan mulai mengingat mimpi yang seperti kenyataan itu tadi.Akupun segera pulang ke rumah untuk memastikan mimpi itu benar atau salah.  Sesampainya dirumah aku benar – benar bersyukur melihat ibuku masih sehat – sehat saja sedang memasak di dapur, kemudia ku peluk Ibu dan meminta maaf padanya karena kelakuanku akhir – akhir ini.

  Mimpi itu benar – benar jadi pelajaran buat ku bahwa Ibu adalah seseorang yang sangat berharga dan tak tergantikan oleh apapun. Mulai saat itu aku merubah gaya hidupku yang berantakan dan terkesan ugal – ugalan menjadi lebih baik.

   Hidup manusia siapa yang tahu, mungkin detik ini, hari ini atau besok lusa kita akan meniggalkan dunia ini. Begitu juga orang terdekat dan orang yang kita sangat sayangi. Maka dari itu pergunakan waktu kita sebaik mungkin sebelum ajal menjemput salah satu diantara kita.



Labels: Cerpen, Tentang Hidup

Thanks for reading Peringatan Untuk Aku ( Ibu Maafkanlah Aku ) | Cerpen #1. Please share...!

1 Komentar�Cekidot! on Peringatan Untuk Aku ( Ibu Maafkanlah Aku ) | Cerpen #1

Nyok Sharing Gaes...

Back To Top